Senin, 13 Desember 2010

Artikel Teknik Kimia

Energi Alternatif untuk Nyalakan Lampu yaitu LampuDarah

by ARTIKEL TEKNIK KIMIA on Thursday, June 17, 2010 at 2:54pm
AMSTERDAM -

Pernahkah terpikir dalam benak Anda, setiap kali ingin menyalakan lampu kita harus berdarah terlebih dahulu? Andai jika darah menjadi satu-satunya sumber energi untuk menyalakan lampu, tentu kita akan berpikir dua kali untuk menggunakannya.



Adalah Mike Thompson, perancang asal Inggris yang tinggal di Belanda memiliki ide tersebut. Lampu tersebut berisi luminol, yaitu senyawa kimia yang umum digunakan para ilmuwan forensik untuk mendeteksi jejak atau sisa darah di tempat kejadian perkara.

Luminol dapat bereaksi dengan senyawa zat besi dalam sel darah merah dan menghasilkan pancaran cahaya terang berwarna biru. Untuk menggunakannya, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencampurkan luminol ke dalam bubuk aktivasi dalam sebuah gelas kaca. Kemudian, sebagian gelas itu dipecahkan dan teteskan darah ke dalam bubuk tersebut maka zat akan bercampur dan bereaksi menghasilkan cahaya lampu.

LiveScience, Minggu (25/10/2009) melansir, ide gila ini didapatkan Thompson beberapa tahun lalu saat menjalani studi program master Design Academy Eindhoven, Belanda.

Saat itu dia tengah melakukan penelitian mengenai energi kimia untuk proyek tersebut, dan mempelajari kegunaan luminol.

"Dalam benak saya selalu terbayang bahwa energi menjadi sesuatu yang mahal. Saya berharap penelitian ini dapat membuat paradigma berpikir kita mengenai cara menggunakan energi," kata Thompson.

Lebih lanjut Thompson menyebutkan, penelitiannya ditujukan 'menantang persepsi manusia dalam menelaah darimana sumber energi kita berasal?. Menurutnya, hal ini mampu memaksa penggunanya untuk berpikir ulang, bahwa selama ini telah sering terjadi pemborosan energi dan betapa berharganya energi yang kita pakai.

Fakta bahwa lampu ciptaan Thompson tersebut bersifat sekali pakai, menjadikannya semakin pantas untuk jadi bahan renungan.

"Anda harus benar-benar mempertimbangkannya dengan matang sebelum memutuskan kapan menggunakan lampu tersebut. Pasalnya, dia hanya bisa digunakan satu kali. Hal itu membuat kita merasa sayang melakukan pemborosan," tandas Thompson.

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4427314
 

EPC? Engineering, Procurement, and Construction

by Michael Hutagalung on 13/03/08 at 9:00 am | 88 Comments | |
Kerja di mana setelah lulus? Oil and Gas? Konsultan? Peneliti? Bank? Oil Services? EPC? Teman-teman semua pastinya sudah mempunyai ancang-ancang bagian industri mana yang teman-teman ingin terjuni. Artikel berikut ini disadur dari KampungMelayu’s Weblog yang sedang berbagi cerita tentang engineer’s life di EPC Company.
EPC ialah singkatan dari Engineering, Procurement, Construction. Terkadang ditambahkan Installation sehingga singkatannya menjadi EPCI (EPCI biasanya berkecimpung di offshore/platform). Terkadang juga ditambahkan C (menjadi EPCC) jika perusahaannya menggeluti bagian Commissioning (test unjuk kerja).
Dari singkatannya sudah jelas bahwa tugas dari EPC adalah untuk melakukan rekayasa (engineering) dari suatu plant, melakukan pembelian (procurement) barang-barang dan equipment yang terkait dan kemudian mendirikan/membangun (construction) plant tersebut. EPC terkadang disebut sebagai ‘integrator’ karena EPC lah yang menjembatani dan mengkordinasikan seluruh bagian yang terkait dalam pembangunan suatu plant; mulai dari licensor (yang memiliki lisensi), vendor (yang menjual barang), shipper (yang mengirim barang), bahkan sampai operator (yang mengoperasikan plant).
Dalam prakteknya, suatu perusahaan EPC tidak harus melakukan E-P-C nya sekaligus, bisa aja hanya salah satu atau salah duanya. Jadi sangat normal jika ada EPC yang hanya mengambil E-nya saja (bertindak sebagai konsultan engineering saja), E dan P atau malah C (hanya memasang saja) nya saja.
Untuk yang masih belum familiar, berikut ialah penjabaran satu persatu siklus pekerjaan di dalam EPC:
  1. Owner mengumumkan rencana pendirian plant baru (misalkan: Pertamina ingin membangun kilang minyak dengan kapasitas 100ribu barel per day).
  2. Owner mengundang EPC Company yang berminat untuk menyampaikan profil perusahaan (fase Pra Kualifikasi).
  3. Owner mengumumkan EPC Company yang lolos dari Pra Kualifikasi dan berhak mengikuti proses tender EPC dan melakukan proses Invitation To Bid (ITB).
  4. EPC Company yang lolos mengambil dokumen tender dari Owner dan mendapat penjelasan tentang rule-of-the game.
  5. Dalam rentang tertentu, EPC Company tersebut menyampaikan proposal teknis dan rencana bagaimana merancang, membeli, dan mengkonstruksi.
  6. Jika lolos, maka EPC Company harus menyampaikan proposal komersial (berapa estimasi ongkos dan harga pembangunan plant tersebut).
  7. Siapa yang terbaik (belum tentu termurah) akan ditentukan sebagai pemenang tender.
  8. Jika menang, maka Owner akan menyerahkan project tersebut ke EPC Company terpilih dengan kesepakatan harga yang di point 6 (masih dimungkinkan untuk bernegosiasi) sesuai dengan kualifikasi teknis dan rencana/waktu di point 5 (juga negotiable).
  9. EPC Company yang memenangkan tender mulai mengerjakan proses E-P-C nya yang jauh lebih mendetail daripada saat proposal tadi. Jika dalam proses detailing, EPC Company tersebut mampu berhemat maka profit tentunya akan bertambah (dari perkiraan saat proposal).

Berikut ini sedikit nama-nama EPC Company yang beroperasi (memiliki kantor) di Indonesia, juga sedikit backgroundnya. Sebagian besar di Jakarta tentunya. Berikut daftar yang diurutkan secara alfabetik:
  1. AMEC Berca. Memiliki headquarter di UK. Perusahaan ini di Indonesia joint-venture dengan grup Berca (grup Murdaya). Project mereka saat ini banyak untuk TotalFinaElf (d/h Total Indonesie).
  2. Bechtel Indonesia. Dulu memakai nama PT Purna Bina Indonesia.
  3. Citra Panji Manunggal. Local EPC dengan spesial di pipeline dan Stations.
  4. Inti Karya Persada Teknik. Secara ‘tradisi’ IKPT adalah ‘raja’nya LNG. Ini dikarenakan IKPT menerima banyak repeat order untuk Train-train LNG PT Badak. IKPT adalah salah satu anak perusahaan dari grupnya Bob Hassan. Salah satu project mereka yang cukup besar adalah Ujung Pangkah Amerada Hess.
  5. Kellog Brown and Root (KBR Indonesia). Adalah ‘branch’ KBR (giant group di bawah Halliburton) di Jakarta. Di South East Asia pusatnya di Singapore. Kalau tidak salah, KBR Jakarta mengerjakan banyak sub project baik dibawah KBR Singapore maupun Houston. Reputasi KBR di LNG (baik liquefaction maupun terminal) sudah tidak perlu diragukan lagi. In fact KBR ’sangat dekat’ dengan IKPT.
  6. McDermott. McDermott perusahaan EPCI yang cukup memimpin dengan spesialisasinya di bidang manufacturing and service. Memiliki proyek yang umumnya merupakan industri energi dan pembangkit listrik. McDermott beroperasi di 23 negara dan memiliki lebih dari 20.000 karyawan.
  7. Rekayasa Industri. Secara struktur sebenarnya berada di holding PT Pupuk Sriwijaya dan memang traditionally dikenal sebagaia ‘raja’ dan ’spesialis’ seluruh EPC fertilizer di Indonesia. Saat ini cukup expansif termasuk ‘menyerbu’ proyek proyek migas dan bio-diesel.
  8. Saipem Indonesia. Berada di bawah grup ENI International (Italy) dan yang ada di Jakarta adalah hasil merger dengan Sofresid. Grup mereka berspesialis di platform dan offshore.
  9. Technip Indonesia. Untuk South Eas Asia, Technip berpusat di Kuala Lumpur. Sebagai raksasa EPC dunia berbasis di Paris, Technip mengerjakan project-project di seluruh dunia mulai dari migas dan infrastructure.
  10. Tripatra. Dikenal sebagai perintis EPC di bidang migas, mendahului EPC lain di Indonesia termasuk mengerjakan giant NSO MobilOil dan jejak kaki mereka di Caltex sangat impresif. Tripatra didirikan oleh Pak Iman Taufik (perintis industri migas dan pendiri Guna Nusa). Tripatra sempat ‘terpuruk’ namun saat ini dikabarkan sedang bangkit lagi (suntikan dana luar?) termasuk mendapatkan mega project di Amerada Hess.
  11. WorleyParsons. Di Indonesia berbendera CeriaWorley. WorleyParsons adalah spesialis engineering dan sudah berkaliber internasional dan menangani mulai dari mining (core bisnis mereka di Australia) sampai infrastructure.
Note:
Jika EPC bermodal asing tidak dihitung, big-three dari EPC lokal di Indonesia (sekali lagi secara alfabetik) adalah IKPT, Rekayasa Industri, dan Tripatra.
 

Job Description Of Process Engineer

12 May 2010 , Posted by Blog Ricky Austin at Wednesday, May 12, 2010
A process engineer develops economical industrial processes to make the huge range of products on which modern society depends, including: food and drink; fuel; artificial fibres; pharmaceuticals; chemicals; plastics; toiletries; energy; and clean water.
Process engineers may work in small, medium and large businesses. The work is concerned with chemical and biochemical processes in which raw materials undergo change, and involves scaling up processes from the laboratory into the processing plant.
Responsibilities involve designing equipment, understanding the reactions taking place, installing control systems, and starting, running and upgrading the processes. Environmental protection and health and safety aspects are also significant concerns.

Typical work activities
Work is project-orientated and you may be working on a number of projects, all at various different stages, at any given time. Several process engineering companies act as consultancies.
Typical work activities include:
  • assessing processes for their relevance, and assessing the adequacy of engineering equipment;
  • reviewing existing data to see if more research and information need to be collated;
  • designing, installing and commissioning new production units, monitoring modifications and upgrades, and troubleshooting existing processes;
  • applying the principles of mass, momentum and heat transfer to process and equipment design, including conceptual, scheme and detail design;
  • conducting process development experiments to scale in a laboratory;
  • preparing reports, flow diagrams and charts;
  • assessing the availability of raw materials and the safety and environmental impact of the plant;
  • managing the cost and time constraints of projects;
  • selecting, managing and working with sub-contractors;
  • supporting the conversion of small-scale processes into commercially viable large-scale operations;
  • assuming responsibility for risk assessment, including hazard and operability (HAZOP) studies, for the health and safety of both company staff and the wider community;
  • working closely with chemical engineers to monitor and improve the efficiency, output and safety of a plant;
  • ensuring the process works at the optimum level, to the right rate and quality of output, in order to meet supply needs;
  • making observations and taking measurements directly, as well as collecting and interpreting data from the other technical and operating staff involved;
  • assuming responsibility for environmental monitoring and ongoing performance of processes and process plant;
  • ensuring that all aspects of an operation or process meet specified regulations;
  • working closely with other specialists, including: scientists responsible for the quality control of raw materials, intermediates and finished products; engineers responsible for plant maintenance; commercial colleagues on product specifications and production schedules; and the operating crew.
source : http://www.prospects.ac.uk/p/types_of_job/print/process_engineer.jsp
 

EPC? Engineering, Procurement, and Construction

by Michael Hutagalung on 13/03/08 at 9:00 am | 88 Comments | |
Kerja di mana setelah lulus? Oil and Gas? Konsultan? Peneliti? Bank? Oil Services? EPC? Teman-teman semua pastinya sudah mempunyai ancang-ancang bagian industri mana yang teman-teman ingin terjuni. Artikel berikut ini disadur dari KampungMelayu’s Weblog yang sedang berbagi cerita tentang engineer’s life di EPC Company.
EPC ialah singkatan dari Engineering, Procurement, Construction. Terkadang ditambahkan Installation sehingga singkatannya menjadi EPCI (EPCI biasanya berkecimpung di offshore/platform). Terkadang juga ditambahkan C (menjadi EPCC) jika perusahaannya menggeluti bagian Commissioning (test unjuk kerja).
Dari singkatannya sudah jelas bahwa tugas dari EPC adalah untuk melakukan rekayasa (engineering) dari suatu plant, melakukan pembelian (procurement) barang-barang dan equipment yang terkait dan kemudian mendirikan/membangun (construction) plant tersebut. EPC terkadang disebut sebagai ‘integrator’ karena EPC lah yang menjembatani dan mengkordinasikan seluruh bagian yang terkait dalam pembangunan suatu plant; mulai dari licensor (yang memiliki lisensi), vendor (yang menjual barang), shipper (yang mengirim barang), bahkan sampai operator (yang mengoperasikan plant).
Dalam prakteknya, suatu perusahaan EPC tidak harus melakukan E-P-C nya sekaligus, bisa aja hanya salah satu atau salah duanya. Jadi sangat normal jika ada EPC yang hanya mengambil E-nya saja (bertindak sebagai konsultan engineering saja), E dan P atau malah C (hanya memasang saja) nya saja.
Untuk yang masih belum familiar, berikut ialah penjabaran satu persatu siklus pekerjaan di dalam EPC:
  1. Owner mengumumkan rencana pendirian plant baru (misalkan: Pertamina ingin membangun kilang minyak dengan kapasitas 100ribu barel per day).
  2. Owner mengundang EPC Company yang berminat untuk menyampaikan profil perusahaan (fase Pra Kualifikasi).
  3. Owner mengumumkan EPC Company yang lolos dari Pra Kualifikasi dan berhak mengikuti proses tender EPC dan melakukan proses Invitation To Bid (ITB).
  4. EPC Company yang lolos mengambil dokumen tender dari Owner dan mendapat penjelasan tentang rule-of-the game.
  5. Dalam rentang tertentu, EPC Company tersebut menyampaikan proposal teknis dan rencana bagaimana merancang, membeli, dan mengkonstruksi.
  6. Jika lolos, maka EPC Company harus menyampaikan proposal komersial (berapa estimasi ongkos dan harga pembangunan plant tersebut).
  7. Siapa yang terbaik (belum tentu termurah) akan ditentukan sebagai pemenang tender.
  8. Jika menang, maka Owner akan menyerahkan project tersebut ke EPC Company terpilih dengan kesepakatan harga yang di point 6 (masih dimungkinkan untuk bernegosiasi) sesuai dengan kualifikasi teknis dan rencana/waktu di point 5 (juga negotiable).
  9. EPC Company yang memenangkan tender mulai mengerjakan proses E-P-C nya yang jauh lebih mendetail daripada saat proposal tadi. Jika dalam proses detailing, EPC Company tersebut mampu berhemat maka profit tentunya akan bertambah (dari perkiraan saat proposal).

Berikut ini sedikit nama-nama EPC Company yang beroperasi (memiliki kantor) di Indonesia, juga sedikit backgroundnya. Sebagian besar di Jakarta tentunya. Berikut daftar yang diurutkan secara alfabetik:
  1. AMEC Berca. Memiliki headquarter di UK. Perusahaan ini di Indonesia joint-venture dengan grup Berca (grup Murdaya). Project mereka saat ini banyak untuk TotalFinaElf (d/h Total Indonesie).
  2. Bechtel Indonesia. Dulu memakai nama PT Purna Bina Indonesia.
  3. Citra Panji Manunggal. Local EPC dengan spesial di pipeline dan Stations.
  4. Inti Karya Persada Teknik. Secara ‘tradisi’ IKPT adalah ‘raja’nya LNG. Ini dikarenakan IKPT menerima banyak repeat order untuk Train-train LNG PT Badak. IKPT adalah salah satu anak perusahaan dari grupnya Bob Hassan. Salah satu project mereka yang cukup besar adalah Ujung Pangkah Amerada Hess.
  5. Kellog Brown and Root (KBR Indonesia). Adalah ‘branch’ KBR (giant group di bawah Halliburton) di Jakarta. Di South East Asia pusatnya di Singapore. Kalau tidak salah, KBR Jakarta mengerjakan banyak sub project baik dibawah KBR Singapore maupun Houston. Reputasi KBR di LNG (baik liquefaction maupun terminal) sudah tidak perlu diragukan lagi. In fact KBR ’sangat dekat’ dengan IKPT.
  6. McDermott. McDermott perusahaan EPCI yang cukup memimpin dengan spesialisasinya di bidang manufacturing and service. Memiliki proyek yang umumnya merupakan industri energi dan pembangkit listrik. McDermott beroperasi di 23 negara dan memiliki lebih dari 20.000 karyawan.
  7. Rekayasa Industri. Secara struktur sebenarnya berada di holding PT Pupuk Sriwijaya dan memang traditionally dikenal sebagaia ‘raja’ dan ’spesialis’ seluruh EPC fertilizer di Indonesia. Saat ini cukup expansif termasuk ‘menyerbu’ proyek proyek migas dan bio-diesel.
  8. Saipem Indonesia. Berada di bawah grup ENI International (Italy) dan yang ada di Jakarta adalah hasil merger dengan Sofresid. Grup mereka berspesialis di platform dan offshore.
  9. Technip Indonesia. Untuk South Eas Asia, Technip berpusat di Kuala Lumpur. Sebagai raksasa EPC dunia berbasis di Paris, Technip mengerjakan project-project di seluruh dunia mulai dari migas dan infrastructure.
  10. Tripatra. Dikenal sebagai perintis EPC di bidang migas, mendahului EPC lain di Indonesia termasuk mengerjakan giant NSO MobilOil dan jejak kaki mereka di Caltex sangat impresif. Tripatra didirikan oleh Pak Iman Taufik (perintis industri migas dan pendiri Guna Nusa). Tripatra sempat ‘terpuruk’ namun saat ini dikabarkan sedang bangkit lagi (suntikan dana luar?) termasuk mendapatkan mega project di Amerada Hess.
  11. WorleyParsons. Di Indonesia berbendera CeriaWorley. WorleyParsons adalah spesialis engineering dan sudah berkaliber internasional dan menangani mulai dari mining (core bisnis mereka di Australia) sampai infrastructure.
Note:
Jika EPC bermodal asing tidak dihitung, big-three dari EPC lokal di Indonesia (sekali lagi secara alfabetik) adalah IKPT, Rekayasa Industri, dan Tripatra.

Zero Point Energy: Energi dari ketiadaan?

by ARTIKEL TEKNIK KIMIA on Monday, October 4, 2010 at 1:38pm

Selama beberapa dekade terakhir ini para ilmuwan memimpikan sumber energi baru yang murah, aman, bebas polusi dan melimpah. Mungkinkah energi ini dapat terwujud justru dari ruang hampa?

Pada sekitar abad ke-17 orang berpendapat untuk membuat sebuah ruang hampa adalah cukup dengan menghisap keluar semua materi yang mengisi ruang tersebut yang dalam hal ini adalah molekul-molekul udara. Kemudian pada abad ke-19 orang menyadari dalam ruang hampa yang dibuat dengan cara demikian, akan masih tersisa radiasi thermal, yaitu radiasi disebabkan oleh perbedaan temperatur. Untuk menghilangkan radiasi thermal, cukup dengan mendinginkan ruang tersebut pada temperatur nol absolut. Secara teori, pada temperatur ini tidak ada radiasi thermal dan semua partikel akan diam serta ruangan pun akan kosong dari partikel yang berseliweran. Namun hasil penelitian mutakhir menunjukkan hal yang baru. Pada kondisi hampa seperti diatas masih terdapat radiasi yang tetap ada walau temperatur telah diturunkan hingga nol absolut. Radiasi ini disebut dengan "zero point radiation", dinamakan demikian karena sesuai dengan sifatnya yang tetap muncul pada temperatur nol absolut, dan energi pembangkitnya disebut dengan "zero point energy" (ZPE).

Keberadaan ZPE sesungguhnya telah diperkirakan secara teoritis dalam teori mekanika Quantum. Paul Dirac, salah seorang pentolan pendiri teori mekanika quantum, pernah mengemukakan bahwa sebuah ruang hampa sesungguhnya didalamnya berisi partikel berenergi negatif. Hal ini menumbuhkan konsep baru bahwa "hampa secara fisik" tidaklah sama sekali hampa. Mekanika quantum meramalkan bahwa partikel-partikel tak terlihat ini bisa berubah wujud menjadi materi nyata dalam waktu yang singkat dan menghasilkan gaya yang dapat terukur. Pernyataan Dirac diatas adalah salah satu implikasi dari prinsip ketidak pastian yang dinyatakan oleh seorang ilmuwan dari Jerman bernama Werner Heisenberg pada tahun 1927. Prinsip ini pada intinya mengatakan bahwa mustahil kita mengetahui secara eksak semua properti yang dimiliki oleh suatu partikel secara sekaligus melainkan akan selalu terdapat ketidak pastian pada kuantitas tertentu. Misalnya, kita tidak dapat mengetahui kedudukan dan kecepatan partikel kedua-duanya secara eksak. Semakin teliti kita mengukur kecepatan sebuah partikel, kedudukannya makin tidak teliti, dan begitu juga sebaliknya. Ketidak pastian ini berlaku secara umum, tidak bergantung dari metoda dan instrument yang digunakan, dan tidak dapat dihindari.

Dasar dari prinsip ketidak pastian dan mekanika quantum adalah bahwa terdapat fenomena fundamental yang tidak dapat diprediksikan oleh hukum-hukum fisika klasik. Sebagai contoh: menurut hukum fisika klasik, sebuah bandul yang berayun perlahan-lahan akan melambat berayun karena gaya gesek dan akhirnya diam dititik kesetimbangan. Dalam teori mekanika kuantum, bandul tersebut tidak akan pernah benar-benar diam di titik kesetimbangan. Bandul tersebut akan selalu berayun secara acak disekitar titik kesetimbangannya. Gerakan acak ini disebabkan oleh suatu fenomena yang dikenal dengan fluktuasi quantum. Namun secara praktis sangat sulit mengamati fluktuasi quantum pada benda relatif besar semisal sebuah bandul jam. Fluktuasi quantum lebih teramati pada materi sebesar atom atau elektron.

ZPE adalah hasil dari fluktuasi quantum yang timbul secara acak dari energi ruang hampa sebagaimana diramalkan oleh prinsip ketidak pastian Heisenberg. Pada kasus bandul diatas, energi yang menyebabkan bandul terus bergerak disekitar titik diamnya adalah ZPE. Walaupun ZPE dalam kasus diatas sangat kecil. Namun terdapat sangat banyak kemungkinan modus propagasi yang penjumlahannya akan menghasilkan ZPE yang sangat besar. Dalam beberapa kasus, fluktuasi yang terjadi harus cukup besar untuk menciptakan partikel secara spontan dari kehampaan, walau akhirnya akan lenyap kembali sebelum melanggar prinsip ketidak pastian.

Dari semua fenomena fluktuasi zero point, fluktuasi dari energi elektoromagetik yang paling mudah di deteksi dan diukur. Salah satu eksperiment yang pernah dilakukan adalah dikenal dengan efek Casimir (di ambil dari nama ilmuwan yang pertama kali menemukannya, Hendrik B.G Casimir), efek ini menunjukkan jika terdapat dua plat metal saling didekatkan dalam jarak yang sangat-sangat dekat (pada kisaran sekitar satu per sejuta meter) akan timbul gaya saling tarik menarik antara kedua plat tersebut. Gaya ini tetap muncul walaupun dalam kondisi hampa udara dan pada suhu nol absolut, yang menjadi bukti adanya ZPE.

ZPE di duga berperan penting dalam berbagai fenomena lain. Mengapa gas helium tidak dapat dibekukan (helium adalah satu-satunya unsur yang tidak dapat mencapai fase zat padat walau temperaturnya dibuat nol absolut) diduga ZPE-lah penyebabnya. Beberapa penelitian lain menemukan anomali fisika yang diduga akibat dari konversi energi dari ZPE. Akhir-akhir ini fisikawan juga mencoba menghubungkan gaya gravitasi dan elektromagnetik sebagai implikasi dari ZPE.

Lalu pertanyaannya, Seberapa besar potensi ZPE? Dua orang ilmuwan, Richard Feynman dan John Wheeler menghitung bahwa energi dari ruang vakum seukuran bola lampu biasa, dapat memiliki kandungan energi yang lebih dari cukup untuk menguapkan semua air di lautan! Sungguh merupakan potensi yang sangat besar. Yang menantang adalah bagaimana menyadap energi sebesar itu untuk dimanfaatkan. Bila manusia mampu menciptakan teknologi ZPE, masalah krisis energi akan terpecahkan dan perusakan lingkungan akibat polusi dari penggunaan bakar minyak atau limbah nuklir dapat dihilangkan. Bahkan bukan tidak mungkin bagi manusia dapat pergi menjelajah ruang angkasa dengan mesin ZPE.


Teknologi Baru untuk Mengurangi Polusi Kendaraan Bermotor

by ARTIKEL TEKNIK KIMIA on Thursday, September 9, 2010 at 1:45pm
Suatu alat yang dinamakan plasmatron secara drastis dapat mengurangi asap yang berasal dari kendaraan bermotor. Alat tersebut telah diuji coba di Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan diharapkan dapat dibeli dengan harga murah serta sesuai (compatible ) dengan peralatan mesin kendaraan yang ada pada saat ini.

Peneliti MIT mengatakan bahwa pertama kali plasmatron dipasang pada mesin mobil komersial kemudian diuji coba selama dua minggu. Para penemu alat tersebut mengatakan bahwa hasil uji coba memperlihatkan pengurangan polusi yang sangat besar terutama pengurangan Nitrogen Oksida (NO2) dari 2.700 ppm (parts per million ) tanpa plasmatron menjadi tinggal 20 ppm setelah menggunakan plasmatron.

Daniel R.Cohn, Ketua Divisi Teknologi Plasma dari Plasma Science and Fusion Center (PSFC), mengatakan bahwa penemuan tersebut merupakan suatu era baru bagi pengurangan polusi kendaraan bermotor. Menurut Cohn : “Sukses perpaduan antara plasmatron dengan mesin mobil, membuat langkah selanjutnya untuk pengujian di jalan raya”. Menurut para peneliti, plasmatron bekerja seperti proses penyulingan minyak (oil refinery) yakni mengkonversikan berbagai bahan bakar kedalam gas yang kaya akan hidrogen berkualitas tinggi.
Bahan bakar yang diinjeksikan kedalam plasmatron dibuka ke aliran listrik yang merubah bahan bakar dan udara disekitarnya kedalam plasma. Plasma mempercepat laju reaksi dan menghasilkan gas yang kaya akan hidrogen. Walaupun alat tersebut pada saat ini telah digunakan dalam aplikasi industri, namun yang digunakan di industri jauh lebih besar dibandingkan dengan versi MIT selain lebih boros energi dalam mengoperasikannya.

Dr.Cohn menegaskan bahwa merekalah yang pertama kali mengembangkan plasmatron dalam ukuran kecil dan dengan daya yang rendah, yakni lebih kecil dari satu kilowatt. Lebih lanjut Dr.Cohn menambahkan bahwa mereka pulalah yang pertama kali mengaplikasikan dengan menambahkan alat tersebut ke mesin mobil untuk mengurangi polusi kendaraan bermotor.
Langkah selanjutnya adalah memasang plasmatron pada kendaraan sebenarnya yang beroperasi di lapangan. Nantinya para peneliti mengharapkan dapat menerapkan pemakaian plasmatron tersebut pada bus. Walaupun pengujian yang dilakukan pada saat ini menggunakan mesin dengan bahan bakar bensin, para peneliti mengatakan bahwa penemuan mereka berlaku juga bagi bahan bakar diesel dan biofuels. Para peneliti mempunyai lima patent yang berhubungan dengan plasmatron.
Pelitian tersebut disponsori oleh “DOE Office of Heavy Vehicle Technologies “.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar